5.14.2013

Kepribadian Sehat menurut Roger

Carl Rogers adalah seorang psikolog yang terkenal dengan pendekatan terapi klinis yang berpusat pada klien (client centered).Rogers kemudian menyusun teorinya dengan pengalamannya sebagai terapis selama bertahun-tahun.Teori Rogers mirip dengan pendekatan Freud, namun pada hakikatnya Rogers berbeda dengan Freud karena Rogers menganggap bahwa manusia pada dasarnya baik atau sehat. Dengan kata lain, Rogers memandang kesehatan mental sebagai proses perkembangan hidup alamiah, sementara , kejahatan, dan persoalan kemanusiaan lain dipandang sebagai penyimpangan dari kecenderungan alamiah.

Motivasi orang yang sehat : Aktualisasi
Rogers menempatakan satu dorongan dalam sistem tentang kepribadian : memeliharakan, mengaktualisasikan, dan meningkatkan semua segi individu. kecenderungan ini dibawa sejak lahir dan meliputi komponen-komponen pertumbuhan fisiologis dan psikologis, meskipun selama tahun-tahun awal kehidupan, kecenderungan tersebut lebih terarah kepada segi-segi psikologis

Self adalah apa yang manusia rasakan didalam dirinya. Didalam self terdapat 2 bagian yaitu, ideal self dan relity self. Ideal self adalah diri yang diharapkan individu, sedangkan reality self adalah kenyataan yang ada pada diri individual keadaan apa adanya pada diri individu. Kesulitan akan timbul bila tidak terjadi ketidaksesuaian antara persepsi tentang diri dengan ideal selfnya (kesenjangan antara harapan dan realita). Individual yang sehat adalah individu yang jarak reality self dan ideal self tidak terlalu jauh.

Self merupakan satu-satunya kepribadian yang sebenarnya. Dengan kata lain self terbentuk melalui geferensiasi medan fenomena dan melalui introjeksi nilai-nilai orang tertentu serta dari distorsi pengalaman. Self bersifat integral dan konsisten. Pengalaman yang tidak sesuai dengan struktur self dianggap ancaman dan self dapat berubah sebagai akibat kematangan biologik dan belajar. Konsep self menggambarkan konsepsi mengenai dirinya sendiri, ciri-ciri yang dianggapnya menjadi bagian dari dirinya. Misalnya, orang mungkin memandang dirinya sebagai : “saya cerdas, menyenangkan, jujur, baik hati, dan menarik.”

Terdapat tiga gambaran umum aktualisasi diri :
a.   Aktualisasi diri bukanlah merupakan keadaan yang menetap, melainkan suatu proses yang kontinu.
b. Aktualisasi diri merupakan proses yang sukar bahkan terkadang menyakitkan sehingga diperlukan keberanian untuk menjalaninya. Hal ini juga menunjukkan bahwa orang yang mengaktualisasikan diri tidaklah berbahagia di setiap masanya. Kebahagiaan itu akan timbul sebagai efek dari aktualisasi diri ini.
c.  Orang yang mengaktualisasikan diri adalah benar-benar diri mereka sendiri dan tidak bersembunyi di balik topeng ataupun menyembunyikan sebagian dari dirinya.
 
Di samping ketiga hal umum tersebut, lima tanda-tanda orang yang melakukan aktualisasi diri adalah sebagai berikut:

1.    Terbuka pada pengalaman
Orang yang tidak mengembangkan penghargaan positif bersyarat akan mengembangkan sikap yang terbuka pada pengalaman. Pengalaman tidak hanya diterima namun juga dimanfaatkan untuk mengembangkan persepsi dan ungkapan baru. Saat mengalami pengalaman, orang yang demikian lebih mengalami emosi yang lebih kuat, baik emosi positif maupun negatif, dibanding orang yang defensif.

2.    Kehidupan eksistensial
Orang yang berfungsi sepenuhnya, aktualisasi diri, akan hidup sepenuhnya dalam setiap momen kehidupan karena ia terbuka pada setiap pengalaman. Ia tidak akan beperasangka dan mudah menyesuaikan diri terhadap pengalaman sehingga tidak harus memanipulasi apa yang dialaminya. Menurut Rogers, kehidupan eksistensial ini merupakan ciri terpenting kepribadian yang melakukan aktualisasi diri/keperibadian yang sehat.

3.    Kepercayaan terhadap organisme orang sendiri
Orang yang mengaktualisasikan diri akan terbuka pada pengalaman sehingga ia menerima semua informasi yang ada, bahkan dari segi selain pikirannya. Organismenya secara keseluruhan, baik sadar dan tak sadar, faktor emosional maupun intelektual, akan menyerap semua informasi yang diterima. Hal ini menjadikannya dalam membuat keputusan dapat mempercayai organismenya sendiri, intuisinya, impuls-impuls yang timbul seketika. Ia menjadi spontan namun tidak terburu-buru (tidak mempertimbangkan konsekuensi tindakan). Ia percaya dirinya sendiri.

4.    Persaaan bebas
Orang yang sehat dapat memilih dengan bebas dapat memilih dengan bebas tanpa rintangan atau paksaan antara alternatif pikiran dan tindakan. Ia memiliki perasaan berkuasa secara peribadi mengenai kehidupan. Karena merasa bebas dan berkuasa, ia menjadi mampu melihat banyaknya pilihan dalam kehidupan dan mampu melakukan pilihan-pilihan tersebut sesuai kehendaknya.

5.    Kreativitas
Dengan ciri-ciri di atas membawa akibat yaitu orang yang sehat adalah orang yang kreatif. Kreativitas dan spontanitas orang yang mengaktualisasikan diri menjadikannya pantas untuk menjadi barisan depan dalam proses evolusi manusia.
 

Kebutuhan penghargaan positif (positive regard), terbagi menjadi dua, yaitu :

1. Penghargaan positif bersyarat (conditional positive regard), kasih sayang dan cinta yang diterima anak adalah syarat terhadap tingkah lakunya yang baik. Karena anak mengembangkan conditional positive regard maka dia menginternalisasikan sikap-sikap ibu. Jika itu terjadi, maka sikap ibu diambil alih oleh anak tersebut dan diterapkan kepada dirinya.
2. Pengahargaan positif tidak bersyarat (unconditional positive regard), syarat utama bagi timbulnya kepribadian sehat pada masa kecil. Hal ini berkembang bila ibu memberikan cinta dan kasih sayang tanpa memperhatikan bagaimana anak bertingkah laku. Cinta dan kasih sayang yang diberikan dan sikap yang ditampilkannya bagi anak menjadi suatu kumpulan norma dan standar yang diinternalisasikan. Sikap ibu yang memperlihatkan conditional positive regard diinternalisasikan oleh anaknya.

Unconditional positive regard tidak menghendaki bahwa semua pengekangan terhadap tingkah laku anak tidak ada, tidak berarti bahwa diperbolehkan melakukan apa saja yang diinginkan tanpa dinasihati. Anak-anak yang bertumbuh dengan perasaan unconditional positive regard tidak akan mengembangkan syarat-syarat penghargaan. Mereka merasa diri berharga dalam semua syarat. Dan jika syarat-syarat penghargaan tidak ada, maka tidak kebutuhan untuk bertingkah laku defensif.
 
Sulit untuk menentang detail umum bahwa lebih sehat kalau terbuka mengalami, menikmati hidup sepenuhnya dan menghargai setiap momen kehidupan, fleksibel dan tidak takut terhadap semua segi kehidupan manusia. Jelas orang lebih suka kalau merasa bebas, memiliki kepercayaan terhadap kemampuan-kemampuan sendiri, dan merasa suatu perasaan berkuasa dalam membangun kehidupan sendiri. Sifat-sifat tersebut tentu berbicara tentang kesehatan psikologis dan bukan neurosis.
 
SUMBER   : Schultz, D. (1991). Psikologi Pertumbuhan : Model-model Kepribadian Sehat. Alih bahasa : Yustinus. Yogya : Kanisius