1.
Hubungan
Interpersonal
Hubungan interpersonal adalah
dimana ketika kita berkomunikasi, kita bukan sekedar menyampaikan isi pesan,
tetapi juga menentukan kadar hubungan interpersonalnya. Jadi ketika kita
berkomunikasi kita tidak hanya menentukan content melainkan juga
menentukan relationship. Dari segi psikologi komunikasi, kita dapat
menyatakan bahwa makin baik hubungan interpersonal, makin terbuka orang untuk
mengungkapkan dirinya; makin cermat persepsinya tentang orang lain dan persepsi
dirinya; sehingga makin efektif komunikasi yang berlangsung diantara komunikan.
A.
Model-model
hubungan interpersonal
a.
Model Pertukaran social (social exchange
model) dimana didefinisikan secara
singkat bahwa hubungan interpersonal diidentifikasikan dengan transaksi dagang.
Untuk memperoleh sesuatu ada harga yang arus dibayar (cost-reward).
b.
Model Peranan (role model). Dalam
model ini, hubungan interpersonal digambarkan sebagai panggung sandiwara.
Individu akan dipandan baik bila dapat memainkan perana sesuai ekspektasi lawan
hubungan. Bila individu tersebut bertindak jauh dari ekspektasi, maka hubungan
interpersonal cenderung akan menjadi lebih renggang.
c.
Model Permainan (games people play model). Untuk menjelaskan model ini digunakan analisis transaksional dimana
manusia diklasifikasikan dalam tiga karakter, yaitu kepribadian anak-anak,
dewasa, dan orang tua.
d.
Model
Interaksional. Interaksi menurut KBBI (2001:438) didefinisikan sebagai hal
saling melakukan aksi, berhubungan, mempengaruhi, antarhubungan. Dan Model,
seperti yang telah saya sebutkan diatas merupakan gambaran untukmenjelaskan
sebuah teori. Model Interaksional dapat dipahami sebagai gambaran tertentu
untuk menjelaskan teori mengenai suatu bentuk hubungan antara satu pihak dengan
pihak lainnya yang saling melakukan aksi.
Dalam model
interaksional ini, suatu hubungan interpersonal didefinisikan sebagai suatu
sistem. Saya mengambil analogi sistem pencernaan manusia. Dalam sistem
tersebut, masing masing organ seperti mulut, kerongkongan, lambung, dan usus
harus dapat melaksanakan kewajibannya dengan baik. Bila salah satu organ dalam
sistem mendapatkan gangguan, maka akan mengganggu kinerja organ lainnya.
b. Memulai Hubungan
Adapun tahap – tahap untuk menjalin hubungan
interpersonal, yaitu:
Pembentukan
Tahap ini sering disebut juga dengan tahap perkenalan.
Beberapa peneliti telah menemukan hal – hal menarik dari proses perkenalan.
Fase pertama, “fase kontak yang permulaan”, ditandai oleh usaha kedua belah
pihak untuk menangkap informasi dari reaksi kawannya. Masing – masing pihak
berusaha menggali secepatnya identitas, sikap dan nilai pihak yang lain, bila
mereka merasa ada kesamaan, mulailah dilakukan proses mengungkapkan diri. Pada
tahap ini informasi yang dicari meliputi data demografis, usia, pekerjaan, tempat
tinggal, keadaan keluarga dan sebagainya.
Menurut Charles R. Berger informasi pada tahap
perkenalan dapat dikelompokkan pada tujuh kategori, yaitu: a) informasi
demografis; b) sikap dan pendapat (tentang orang atau objek); c) rencana yang
akan datang; d) kepribadian; e) perilaku pada masa lalu; f) orang lain; serta
g) hobi dan minat.
Peneguhan Hubungan
Hubungan interpersonal tidaklah bersifat statis,
tetapi selalu berubah. Untuk memelihara dan memperteguh hubungan interpersonal,
diperlukan tindakan – tindakan tertentu untuk mengembalikan keseimbangan. Ada
empat faktor penting dalam memelihara keseimbangan ini, yaitu: Keakraban, Kontrol,
Respon yang tepat, dan Nada emosional yang tepat.
Faktor yang Mempengaruhi Hubungan Interpersonal yaitu Komunikasi
efektif, Ekspresi wajah, Kepribadian, Stereotyping, Kesamaan karakter personal,
Daya Tarik, Ganjaran, dan Kompetensi.
c. Hubungan Peran
A.Model Peran
Menganggap hubungan interpersonal sebagai panggung
sandiwara. Disini setiap orang harus memerankan peranannya sesuai dengan naskah
yang telah dibuat oleh masyarakat. Hubungan interpersonal berkembang baik bila
setiap individu bertindak sesuai dengan peranannya.
B. Konflik
Konflik Interpersonal adalah pertentangan antar
seseorang dengan orang lain karena pertentengan kepentingan atau keinginan. Hal
ini sering terjadi antara duaorang yang berbeda status, jabatan, bidang kerja
dan lain-lain. Konflik interpersonal ini merupakan suatu dinamika yang amat
penting dalam perilaku organisasi.
Karena konflik semacam ini akan melibatkan beberapa
peranan dari beberapa anggota organisasi yang tidak bisa tidak akan mempngaruhi
proses pencapaian tujuan organisasi tersebut
C. Adequacy Peran dan Autentisitas Dalam Hubungan
Peran
Kecukupan perilaku yang diharapkan pada seseorang
sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik secara formal maupun secara
informal. Peran didasarkan pada preskripsi (ketentuan) dan harapan peran yang
menerangkan apa yang individu-individu harus lakukan dalam suatu situasi
tertentu agar dapat memenuhi harapan-harapan mereka sendiri atau harapan orang
lain menyangkut peran-peran tersebut.
d.
Intimasi dan Hubungan Pribadi
Sebagai konsekuensi adanya daya tarik menyebabkan
interaksi sosial antar individu menjadi spesifik atau terjalin hubungan intim.
Orang-orang tertentu menjadi istimewa buat kita, sedangkan orang lain tidak.
Orang-orang tertentu menjadi sangat dekat dengan kita, dibandingkan orang lain.
Adapun bentik intim terdiri dari persaudaraan, persahabatan, dan percintaan.
Lebi h jauh mengenai bentuk-bentuk hubungan intim tersebut dapat dijelaskan
pada bagian berikut :
1.
Persaudaraan
Hubungan intim ini didasarkan pada hubungan darah.
Hunungan intim interpersonal dalam persaudaraan terdapat hubungan inti seperti
dalam keluarga kecil. Pada persaudaraan itu didlamnya terkandung proximitas dan
keakraban.
2.
Persahabatan
Persahabatan biasanya terjadi pada dua individu yang
didasarkan pada banyak persamaan. Utamanya persamaan usia. Hubungan dalam
persahabatan tidak hanya sekedar teman, lebih dari itu diantara mereka terjalin
interaksi yang sangat tinggi sehingga mempunyai kedekatan psikologis. Indikasi
atau tanda-tanda bila dalam hubungan interpersonal terjadi persahabatan yaitu :
sering bertemu, merasa bebas membuka diri, bebas menyatakan emosi, dan saling
tergantung diantara mereka.
3.
Percintaan
Persabatan antar pria dan wanita bisa berubah mejadi
cinta, jika dua individu itu merasa sebagai pasangan yang potensial seksual.
Dalam suatu persahabatan, dapat melahirkan satu proses yang namanya jatuh
cinta. Hal ini terjadi karena ada dua perbedaan mendasar antara persahabatan
dan cinta.
e.
Intimasi dan Pertumbuhan
Apapun alasan untuk berpacaran, untuk bertumbuh dalam
keintiman, yang terutama adalah cinta. Keintiman tidak akan bertumbuh jika
tidak ada cinta . Keintiman berarti proses menyatakan siapa kita sesungguhnya
kepada orang lain. Keintiman adalah kebebasan menjadi diri sendiri. Keintiman
berarti proses membuka topeng kita kepada pasangan kita. Bagaikan menguliti
lapisan demi lapisan bawang, kita pun menunjukkan lapisan demi lapisan
kehidupan kita secara utuh kepada pasangan kita.
Keinginan setiap pasangan adalah menjadi intim. Kita
ingin diterima, dihargai, dihormati, dianggap berharga oleh pasangan kita. Kita
menginginkan hubungan kita menjadi tempat ternyaman bagi kita ketika kita
berbeban. Tempat dimana belas kasihan dan dukungan ada didalamnya. Namun,
respon alami kita adalah penolakan untuk bisa terbuka terhadap pasangan kita.
Hal ini dapat disebabkan karena kita tidak mengenal dan tidak menerima siapa
diri kita secara utuh, kita tidak menyadari bahwa hubungan pacaran adalah
persiapan memasuki pernikahan, kita tidak percaya pasangan kita sebagai orang
yang dapat dipercaya untuk memegang rahasia, kita dibentuk menjadi orang yang
berkepribadian tertutup, kita memulai pacaran bukan dengan cinta yang tulus.
2. Cinta dan Perkawinan
a.
Memilih pasangan
Pengertian
Cinta itu sendiri sulit dibedakan batasan ataupun
pengertiannya, karena cinta merupakan salah satu bentuk emosi dan perasaan yang
dimiliki individu. Dan sifatnyapun subyektif sehingga setiap individu akan
mempunyai makna yang berbeda tergantung pada penghayatan serta pengalamannya.
Perkawinan adalah
ikatan sosial atau ikatan perjanjian hukum antar pribadi yang membentuk
hubungan kekerabatan dan yang merupakan suatu pranata dalam budaya setempat
yang meresmikan hubungan antar pribadi yang biasanya intim dan
seksual.Perkawinan umumnya dimulai dan diresmikan dengan upacara pernikahan.
Umumnya perkawinan dijalani dengan maksud untuk membentuk keluarga. Tergantung
budaya setempat bentuk perkawinan bisa berbeda-beda dan tujuannya bisa
berbeda-beda juga. Tapi umumnya perkawinan itu ekslusif dan mengenal konsep
perselingkuhan sebagai pelanggaran terhadap perkawinan. Perkawinan umumnya
dijalani dengan maksud untuk membentuk keluarga. Umumnya perkawinan harus
diresmikan dengan pernikahan.
b.
Memilih Pasangan
Menentukan pasangan atau jodoh bukan hal
yang sulit jika mengerti apa yang harus dilakukan. Pertama Tuhan adalah
penguasa dan pemilik serta penentu jodoh kita. Hanya Dia yang bisa menjadi
pemilih yang sempurna dan paling tahu tentang calon pasangan kita. Maka kedua
adalah orang-orang yang dekat dengan Tuhan yang bisa menentukan pasangan yang
baik untuk dipilih. Ketiga dimiliki oleh orang tua kita karena faktor kasih
sayang dan kesungguhannya kepada kita sehingga sangat serius untuk memilihkan
kita. Bagaimana dengan diri sendiri? Kadang tidak bisa diandalkan karena
kurangnya pengalaman, atau memilih karena nafsu,emosi dan kepentingan lain
bukan kepentingan abadi. Beranikah kita menyerahkan pilihan kita kepada orang
yang lebih tahu luar dan dalam serta pengalaman hidup yang cukup? Berusaha
menjadikan kita pantas mendapatkan pasangan yang memang cocok dengan pengertian
orang baik akan bertemu orang baik itu cocok dan yang jelek hatinya akan
bertemu dengan yang jelek juga. Serahkan kepada Tuhan dan berusaha taat dan
memantaskan diri sendiri. Menjadi orang yang dekat kepada Tuhan akan menjadikan
diri kita beruntung.
c.
Penyesuaian dan
Pertumbuhan dalam Perkawinan
Perkawinan tidak berarti mengikat pasangan sepenuhnya.
Dua individu ini harus dapat mengembangkan diri untuk kemajuan bersama.
Keberhasilan dalam perkawinan tidak diukur dari ketergantungan pasangan.
Perkawinan merupakan salah satu tahapan dalam hidup yang pasti diwarnai oleh
perubahan. Dan perubahan yang terjadi dalam sebuah perkawinan, sering tak
sederhana. Perubahan yang terjadi dalam perkawinan banyak terkait dengan
terbentuknya relasi baru sebagai satu kesatuan serta terbentuknya hubungan
antarkeluarga kedua pihak.
Relasi yang diharapkan dalam sebuah perkawinan tentu
saja relasi yang erat dan hangat. Tapi karena adanya perbedaan kebiasaan atau
persepsi antara suami-istri, selalu ada hal-hal yang dapat menimbulkan konflik.
Dalam kondisi perkawinan seperti ini, tentu sulit mendapatkan sebuah keluarga
yang harmonis.
Pada dasarnya, diperlukan penyesuaian diri dalam
sebuah perkawinan, yang mencakup perubahan diri sendiri dan perubahan
lingkungan. Bila hanya mengharap pihak pasangan yang berubah, berarti kita
belum melakukan penyesuaian.
Banyak yang bilang pertengkaran adalah bumbu dalam
sebuah hubungan. Bahkan bisa menguatkan ikatan cinta. Hanya, tak semua pasangan
mampu mengelola dengan baik sehingga kemarahan akan terakumulasi dan berpotensi
merusak hubungan.
d.
Perceraian dan Pernikahan kembali
Faktor penyebab perceraian antara lain
adalah sebagai berikut :
A.
Ketidakharmonisan dalam
rumah tangga
Alasan tersebut di atas adalah alasan yang
paling kerap dikemukakan oleh pasangan suami – istri yang akan bercerai. Ketidakharmonisan
bisa disebabkan oleh berbagai hal antara lain, krisis keuangan, krisis akhlak,
dan adanya orang ketiga. Dengan kata lain, istilah keharmonisan adalah terlalu
umum sehingga memerlukan perincian yang lebih mendetail.
B.
Krisis moral dan akhlak
Selain ketidakharmonisan dalam rumah
tangga, perceraian juga sering memperoleh landasan berupa krisis moral dan
akhlak, yang dapat dilalaikannya tanggung jawab baik oleh suami ataupun istri,
poligami yang tidak sehat, penganiayaan, pelecehan dan keburukan perilaku
lainnya yang dilakukan baik oleh suami ataupun istri, misal mabuk, berzinah,
terlibat tindak kriminal, bahkan utang piutang.
C.
Perzinahan
Di samping itu, masalah lain yang dapat
mengakibatkan terjadinya perceraian adalah perzinahan, yaitu hubungan seksual
di luar nikah yang dilakukan baik oleh suami maupun istri.
D.
Pernikahan tanpa cinta
Alasan lainnya yang kerap dikemukakan oleh
suami dan istri, untuk mengakhiri sebuah perkawinan adalah bahwa perkawinan
mereka telah berlangsung tanpa dilandasi adanya cinta. Untuk mengatasi
kesulitan akibat sebuah pernikahan tanpa cinta, pasangan harus merefleksi diri
untuk memahami masalah sebenarnya, juga harus berupaya untuk mencoba
menciptakan kerjasama dalam menghasilkan keputusan yang terbaik.
E.
Adanya masalah-masalah dalam perkawinan
Menikah kembali setelah perceraian
mungkin menjadi keputusan yang membingungkan untuk diambil. Karena orang akan
mencoba untuk menghindari semua kesalahan yang terjadi dalam perkawinan sebelumnya
dan mereka tidak yakin mereka bisa memperbaiki masalah yang dialami. Mereka
biasanya kurang percaya dalam diri mereka untuk memimpin pernikahan yang
berhasil karena kegagalan lama menghantui mereka dan membuat mereka ragu-ragu
untuk mengambil keputusan.
Lalu hal apa yang akan mempengaruhi
peluang untuk menikah setelah bercerai? Ada banyak faktor. Misalnya seorang
wanita muda pun bisa memiliki kesempatan kurang dari menikah lagi jika dia
memiliki beberapa anak. Ada banyak faktor seperti faktor pendidikan, pendapatan
dan sosial.
Sebagai manusia, kita memang mempunyai
daya tarik atau daya ketertarikan yang tinggi terhadap hal-hal yang baru. Jadi,
semua hal yang telah kita miliki dan nikmati untuk suatu periode tertentu akan
kehilangan daya tariknya. Misalnya, Anda mencintai pria yang sekarang menjadi
pasangan karena kegantengan, kelembutan dan tanggung jawabnya. Lama-kelamaan,
semua itu berubah menjadi sesuatu yang biasa. Itu adalah kodrat manusia.
Sesuatu yang baru cenderung mempunyai daya tarik yang lebih kuat dan kalau
sudah terbiasa daya tarik itu akan mulai menghilang pula. Ada kalanya, hal-hal
yang sama, yang terus-menerus kita lakukan akan membuat jenuh dalam pernikahan.
Esensi dalam pernikahan adalah menyatukan
dua manusia yang berbeda latar belakang. Untuk itu kesamaan pandangan dalam
kehidupan lebih penting untuk diusahakan bersama.
e.
Alternatif selain pernikahan
Mengapa ada pernikahan?...karena kita ingin terikat
dengan individu lain agar hidup kita lebih dalam dan bermakna daripada cara
hidup independen dan bebas yang pernah kita jalani. Namun ada juga beberapa
orang yang memutuskan untuk tidak memiliki pasangan. Mungkin mereka beranggapan
bahwa ketika kehidupan itu kita jalani dengan pasangan akan terasa sulit karena
menemukan berbagai persoalan yang nantinya kemungkinan bisa saja kita hadapi.
Akan tetapi hakikatnya menikah itu adalah ibadah. Hidup akan lebih indah
melalui segala bentuk kehidupan bersama pasangan. Seseorang yang memutuskan untuk
sendiri (single life) bisa saja disebabkan karena traumatik tersendiri yang
pernah mereka rasakan sehingga membuatnya untuk tidak berani lagi memulai hidup
secara bersama. Pengalaman memang berperan penting dalam kelangsungan hidup
seseorang. Ia bisa mengubahnya menjadi lebih kuat namun tidak sedikit yang
lemah karenanya. Membuat seseorang takut memulai, namun juga menimbulkan arti
yang mendalam.
“Pernikahan yang sukses adalah seperti tenunan dalam
beludru kehidupan praktis. Seperti nada harmoni yang dipetik hubungan
realistis. Dan pernikahan yang sukses adalah hasil gabungan cinta,
penghormatan, kesetiaan, dan sikap saling mendukung”.
http://xiaolichen14.wordpress.com/2013/04/26/hubungan-interpersonal/
http://khayeoja.blogspot.com/2012/04/cinta-dan-perkawinan.html
http://xiaolichen14.wordpress.com/2013/05/31/cinta-dan-perkawinan/