Motivasi adalah daya pendorong dari keinginan kita agar
terwujud. Energi pendorong dari dalam agar apapun yang kita inginkan dapat
terwujud. Motivasi erat sekali hubungannya dengan keinginan dan ambisi, bila
salah satunya tidak ada, motivasi pun tidak akan timbul. Motivasi juga bisa
dikatakan sebagai rencana atau keinginan untuk menuju kesuksesan dan
menghindari kegagalan hidup. Dengan kata lain motivasi adalah sebuah proses
untuk tercapainya suatu tujuan. Seseorang yang mempunyai motivasi berarti ia
telah mempunyai kekuatan untuk memperoleh kesuksesan dalam kehidupan
Teori Motivasi Abraham Maslow
Abraham Maslow mengemukakan bahwa pada dasarnya semua manusia memiliki
kebutuhan pokok. Ia menunjukkannya dalam 5 tingkatan yang berbentuk piramid,
orang memulai dorongan dari tingkatan terbawah. Lima tingkat kebutuhan itu
dikenal dengan sebutan Hirarki Kebutuhan Maslow, dimulai dari kebutuhan
biologis dasar sampai motif psikologis yang lebih kompleks; yang hanya akan
penting setelah kebutuhan dasar terpenuhi. Kebutuhan pada suatu peringkat
paling tidak harus terpenuhi sebagian sebelum kebutuhan pada peringkat
berikutnya menjadi penentu tindakan yang penting.
• Kebutuhan fisiologis (rasa lapar, rasa haus, dan sebagainya)
• Kebutuhan rasa
aman (merasa aman dan terlindung, jauh dari bahaya)
• Kebutuhan akan
rasa cinta dan rasa memiliki (berafiliasi dengan orang lain, diterima,
memiliki)
• Kebutuhan akan
penghargaan (berprestasi, berkompetensi, dan mendapatkan dukungan serta
pengakuan)
• Kebutuhan
aktualisasi diri (kebutuhan kognitif: mengetahui, memahami, dan menjelajahi;
kebutuhan estetik: keserasian, keteraturan, dan keindahan; kebutuhan
aktualisasi diri: mendapatkan kepuasan diri dan menyadari potensinya)
Bila makanan dan rasa aman sulit diperoleh, pemenuhan kebutuhan tersebut akan
mendominasi tindakan seseorang dan motif-motif yang lebih tinggi akan menjadi
kurang signifikan. Orang hanya akan mempunyai waktu dan energi untuk menekuni
minat estetika dan intelektual, jika kebutuhan dasarnya sudah dapat dipenuhi
dengan mudah. Karya seni dan karya ilmiah tidak akan tumbuh subur dalam
masyarakat yang anggotanya masih harus bersusah payah mencari makan,
perlindungan, dan rasa aman.
Teori Drive
Teori ”drive” bisa diuraikan sebagai teori-teori dorongan tentang motivasi,
perilaku didorong ke arah tujuan oleh keadaan-keadaan yang mendorong dalam diri
seseorang atau binatang. Contohnya., Freud ( 1940-1949 ) berdasarkan ide-idenya
tentang kepribadian pada bawaan, dalam kelahiran, dorongan seksual dan agresif,
atau drive (teorinya akan diterangkan secara lebih detail dalam bab
kepribadian). Secara umum , teori-teori drive mengatakan hal-hal berikut :
ketika suatu keadaan dorongan internal muncul, individu di dorong untuk
mengaturnya dalam perilaku yang akan mengarah ke tujuan yang mengurangi
intensitas keadaan yang mendorong. Pada manusia dapat mencapai tujuan yang
memadai yang mengurangi keadaan dorongan apabila dapat menyenangkan dan
memuaskan. Jadi motivasi dapat dikatakan terdiri dari:
1. Suatu keadaan yang mendorong
2. Perilaku yang mengarah ke tujuan yang diilhami oleh keadaan terdorong
3. Pencapaian tujuan yang memadai
4. Pengurangan dan kepusaan subjektif dan kelegaan ke tingkat tujuan yang
tercapai
Setelah keadaan itu, keadaan terdorong akan muncul lagi untuk mendorong
perilaku ke arah tujuan yang sesuai. Pengulangan kejadian yang baru saja
diuraikan seringkali disebut lingkaran korelasi.
Teori Harapan ( Expectancy Theory )
Teori ini dikemukakan oleh Victor H. Vroom yang menyatakan bahwa kekuatan yang
memotivasi seseorang untuk bekerja giat dalam mengerjakan pekerjaannya
tergantung dari hubungan timbal balik antara apa yang diinginkan dan dibutuhkan
dari hasil pekerjaan itu.
Teori harapan ini didasarkan atas :
1. Harapan (Expectancy), adalah suatu kesempatan yang diberikan akan terjadi
karena perilaku.
2. Nilai (Valence) adalah akibat dari perilaku tertentu mempunyai nilai /
martabat tertentu (daya/nilai motivasi) bagi setiap individu yang bersangkutan.
3. Pertautan (Instrumentality) adalah persepsi dari individu bahwa hasil
tingkat pertama
Ekspektansi merupakan sesuatu yang ada dalam diri individu yang terjadi karena
adanya keinginan untuk mencapai hasil sesuai dengan tujuan. Ekspektansi
merupakan salah satu penggerak yang mendasari seseorang untuk melakukan suatu
tindakan. Karena dengan adanya usaha yang keras tersebut, maka hasil yang
didapat akan sesuai dengan tujuan. Dalam teori ini disebutkan bahwa seseorang
akan memaksimalkan usaha dan meminimalkan segala yang menghalangi pencapaian
hasil maksimal.
Teori ekspektansi berasumsi bahwa seseorang empunyai keinginan untuk
menghasilkan suatu karya pada waktu tertentu tergantung pada tujuan-tujuan
khusus orang yang bersangkutan dan juga pemahaman seseorang tersebut tentang
nilai suatu prestasi kerja sebagai alat untuk mencapai tujuan tersebut.
Ekspectasi menekankan pada hasil yang akan dicapai. Hasil yang diinginkan
dipengaruhi oleh tujuan pribadi seseorang dalam mencakup kebutuhan. Dalam teori
ini, seseorang akan memaksimalkan sesuatu yang menguntungkan dan meminimalkan
sesuatu yang merugikan bagi pencapaian tujuan akhirnya.
Teori
tujuan
Teori tujuan mencoba menjelaskan hubungan-hubungan antara niat atau intentions
(tujuan-tujuan dengan prilaku), pendapat in digunakan oleh Locke. Teori ini
memiliki aturan dasar, yaitu penetapan dari tujuan-tujuan secara sadar. Menurut
Locke, tujuan-tujuan yang cukup sulit, khusus dan pernyataannya yan jelas dan
dapat diterima oleh tenaga kerja, akan menghsilkan unjuk kerja yang lebih
tinggi daripada tujuan-tujuan tidak khusus, dan yang mudah dicapai. Hasil
penelitian Edwin Locke dan rekan-rekan (1968), menunjukkan efek positif dari
teori tujuan pada prilaku kerja.
Locke menunjukan bahwa :
1. Tujuan yang cukup sulit ternyata menghasilkan tingkat kinerja yang lebih
tinggi daripada tujuan yang lebih mudah.
2. Tujuan khusus, cukup sulit untuk menghasilkan tingkat output yang lebih
tinggi.
Penetapan tujuan tidak hanya mempengaruhi kerja itu sendiri, tetapi dapat juga
mendorong pegawai untuk mencoba menemukan metode yang lebih baik untuk
melakukan pekerjaan.
Perusahaan menggunakan teori tujuan ini, berdasarkan tujuan-tujuan perusahaan,
secara berurutan disusun tujuan-tujuan untuk devisi, bagian sampai satuan kerja
yang terkecil untuk diakhiri penetapan sasaran kerja untuk setiap karyawan
dalam kurun waktu tertentu
Tujuan-tujuan yang bersifat spesifik atau sulit cenderung menghasilkan kinerja
(performance) yang lebih tinggi. Dalam pencapaian tujuan dilakuka melalui usaha
partisipasi yang menimbulkan dampak :
(+) Acceptance/Penerimaan : sesulit apapun apabila orang telah menerima suatu
pekerjaan maka akan dilaksanakan dengan baik.
(-) Timbulnya superioritas pada orang yang memiliki kemampuan lebih tinggi.
Teori tujuan ini, dapat juga ditemukan dalam teori motivasi harapan. Individu
menetapkan sasaran pribadi yang ingin dicapai. Sasaran pribadi memiliki nilai
kepentingan pribadi (valence) yang berbeda-beda.
Proses penetapan tujuan (goal setting) dapat dilakukan berdasarkan prakarsa
sendiri. Bila didasarkan oleh prakarsa sendiri, dapat disimpulkan bahwa
motivasi kerja individu bercorak proaktif dan dan ia akan memiliki keikatan
(commitmen) besar untuk berusaha mencapai tujuan-tujuan yan telah ia tetapkan.
Bila seseorang tenaga kerja memiliki motivasi kerja yang lebih bercorak
reaktif, pada saat ia diberi tugas untuk menetapkan sasaran-sasaran kerjanya
untuk kurun waktu tertentu, dapat terjadi bahwa keikatan terhadap usaha
mencapai tujuan tersebut tidak terlalu besar.
Penetapan tujuan memiliki empat macam mekanisme:
a. Tujuan adalah yang mengarahkan perhatian
b. Tujuan adalah yang mengatur upaya
c. Tujuan adalah meningkatkan persistensi
d. Tujuan adalah menunjang strategi untuk dan rencana kegiatan
Hasil penelitian Edwin Locke menunjukkan bahwa :
1. Tujuan yang cukup sulit ternyata menghasilkan tingkat kerja yang lebih
tinggi daripada tujuan yang lebih mudah.
2. Tujuan khusus, cukup sulit untuk menghasilkan tingkat output yang lebih
tinggi.
Analisis
cerita
Alkisah, seorang pedagang kayu menerima lamaran
seorang pekerja untuk menebang pohon di hutannya. Karena gaji yang dijanjikan
dan kondisi kerja yang bakal diterima sangat baik, sehingga si calon penebang
pohon itu pun bertekad untuk bekerja sebaik mungkin.
Saat mulai bekerja, si majikan memberikan sebuah kapak dan menunjukkan area
kerja yang harus diselesaikan dengan target waktu yang telah ditentukan kepada
si penebang pohon.
Hari pertama bekerja, dia berhasil merobohkan
delapan batang pohon. Sore hari, mendengar hasil kerja si penebang, sang
majikan terkesan dan memberikan pujian dengan tulus, “Hasil kerjamu sungguh
luar biasa! Saya sangat kagum dengan kemampuanmu menebang pohon-pohon itu.
Belum pernah ada yang sepertimu sebelum ini. Teruskan bekerja seperti itu”.
Sangat termotivasi oleh pujian majikannya,
keesokan hari si penebang bekerja lebih keras lagi, tetapi dia hanya berhasil
merobohkan tujuh batang pohon. Hari ketiga, dia bekerja lebih keras lagi,
tetapi hasilnya tetap tidak memuaskan bahkan mengecewakan. Semakin bertambahnya
hari, semakin sedikit pohon yang berhasil dirobohkan. “Sepertinya aku telah
kehilangan kemampuan dan kekuatanku, bagaimana aku dapat mempertanggungjawabkan
hasil kerjaku kepada majikan?” pikir penebang pohon merasa malu dan putus asa.
Dengan kepala tertunduk dia menghadap ke sang majikan, meminta maaf atas hasil
kerja yang kurang memadai dan mengeluh tidak mengerti apa yang telah terjadi.
Sang majikan menyimak dan bertanya kepadanya,
“Kapan terakhir kamu mengasah kapak?”
“Mengasah kapak? Saya tidak punya waktu untuk itu, saya sangat sibuk setiap
hari menebang pohon dari pagi hingga sore dengan sekuat tenaga”. Kata si
penebang.
“Nah, disinilah masalahnya. Ingat, hari pertama kamu kerja? Dengan kapak baru
dan terasah, maka kamu bisa menebang pohon dengan hasil luar biasa. Hari-hari
berikutnya, dengan tenaga yang sama, menggunakan kapak yang sama tetapi tidak
diasah, kamu tahu sendiri, hasilnya semakin menurun. Maka, sesibuk apapun, kamu
harus meluangkan waktu untuk mengasah kapakmu, agar setiap hari bekerja dengan
tenaga yang sama dan hasil yang maksimal.
Sekarang mulailah mengasah kapakmu dan segera
kembali bekerja!” perintah sang majikan. Sambil mengangguk-anggukan kepala dan
mengucap terimakasih, si penebang berlalu dari hadapan majikannya untuk mulai
mengasah kapak.
Sama seperti si penebang pohon, kita pun setiap hari, dari pagi hingga malam
hari, seolah terjebak dalam rutinitas terpola. Sibuk, sibuk dan sibuk, sehingga
seringkali melupakan sisi lain yang sama pentingnya, yaitu istirahat sejenak
mengasah dan mengisi hal-hal baru untuk menambah pengetahuan, wawasan dan spiritual.
Jika kita mampu mengatur ritme kegiatan seperti ini, pasti kehidupan kita akan
menjadi dinamis, berwawasan dan selalu baru
Analisis: dari cerita ini bisa menggunakan teori harapan.
Si penebang merasa harus selalu membanggakan pemimpinnya, tapi dia lupa bahwa
dia juga harus mengasah kapak. Hal kecil ini terlupakan karna dia terlalu
memaksakan diri agar bisa menebang pohon sebanyak mungkin. Dan untungnya si pemimpin
mengingatkan si penebang, betapa pentingnya mengasah kapak, agar kerja lebih
mudah dan sesuai dengan target.
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2009/11/teori-motivasi-teori-drive-reinforcement-teori-harapan/
http://kata-mutiara.org/cerita-motivasi-kerja-2/
http://reia-welcometoryasblog.blogspot.com/2009/12/teori-tujuan.html
http://vthreeorange.blogspot.com/2011/05/teori-harapan-expectancy-theory.html
http://supiani.staff.gunadarma.ac.id/Publications/files/1178/TEORI+TEORI+MOTIVASI.doc
http://www.pengembangandiri.com/articles/8/1/Motivasi-dalam-Pengembangan-Diri/Page1.html