A.Aliran
Psikoanalisis
Psikoanalisis
bermula dari keraguan Freud terhadap kedokteran. Pada saat itu kedokteran
dipercaya bisa menyembuhkan semua penyakit, termasuk histeria yang sangat
menggejala di Wina (Freud, terj.,1991:4). Pengaruh Jean-Martin Charcot,
neurolog Prancis, yang menunjukkan adanya faktor psikis yang menyebabkan
histeria mendukung pula keraguan Freud pada kedokteran (Berry, 2001:15). Sejak
itu Freud dan doktor Josef Breuer menyelidiki penyebab histeria. Pasien yang
menjadi subjek penyelidikannya adalah Anna O. Selama penyelidikan, Freud
melihat ketidakruntutan keterangan yang disampaikan oleh Anna O. Seperti ada
yang terbelah dari kepribadian Anna O. Penyelidikan-penyelidikan itu yang
membawa Freud pada kesimpulan struktur psikis manusia: id, ego, superego dan
ketidaksadaran, prasadar, dan kesadaran.
Freud
menjadikan prinsip ini untuk menjelaskan segala yang terjadi pada manusia,
antara lain mimpi. Menurut Freud, mimpi adalah bentuk penyaluran dorongan yang
tidak disadari. Dalam keadaan sadar orang sering merepresi
keinginan-keinginannya. Karena tidak bisa tersalurkan pada keadaan sadar, maka
keinginan itu mengaktualisasikan diri pada saat tidur, ketika kontrol ego
lemah.
Dalam pandangan
Freud, semua perilaku manusia baik yang nampak (gerakan otot) maupun yang
tersembunyi (pikiran) adalah disebabkan oleh peristiwa mental sebelumnya.
Terdapat peristiwa mental yang kita sadari dan tidak kita sadari namun bisa
kita akses (preconscious) dan ada yang sulit kita bawa ke alam tidak
sadar (unconscious). Di alam tidak sadar inilah tinggal dua struktur
mental yang ibarat gunung es dari kepribadian kita, yaitu:
a. Id, adalah berisi
energi psikis, yang hanya memikirkan kesenangan semata.
b. Superego, adalah berisi
kaidah moral dan nilai-nilai sosial yang diserap individu dari lingkungannya.
c. Ego, adalah
pengawas realitas.
Sebagai contoh
adalah berikut ini: Anda adalah seorang bendahara yang diserahi mengelola uang
sebesar 1 miliar Rupiah tunai. Id mengatakan pada Anda: “Pakai saja uang
itu sebagian, toh tak ada yang tahu!”. Sedangkan ego berkata:”Cek dulu,
jangan-jangan nanti ada yang tahu!”. Sementara superego menegur:”Jangan
lakukan!”.
Pada masa
kanak-kanak kira dikendalikan sepenuhnya oleh id, dan pada tahap ini
oleh Freud disebut sebagai primary process thinking. Anak-anak akan
mencari pengganti jika tidak menemukan yang dapat memuaskan kebutuhannya (bayi
akan mengisap jempolnya jika tidak mendapat dot misalnya).
Sedangkan ego
akan lebih berkembang pada masa kanak-kanak yang lebih tua dan pada orang
dewasa. Di sini disebut sebagai tahap secondary process thinking.
Manusia sudah dapat menangguhkan pemuasan keinginannya (sikap untuk memilih
tidak jajan demi ingin menabung misalnya). Walau begitu kadangkala pada orang
dewasa muncul sikap seperti primary process thnking, yaitu mencari
pengganti pemuas keinginan (menendang tong sampah karena merasa jengkel akibat
dimarahi bos di kantor misalnya).
Proses pertama
adalah apa yang dinamakan EQ (emotional quotient), sedangkan proses
kedua adalah IQ (intelligence quotient) dan proses ketiga adalah SQ (spiritual
quotient).
B.Aliran
Behavorisme
Aliran
psikologi behaviorisme adalah sebuah aliran dalam psikologi yang didirikan oleh
John B.Watson pada tahun 1913 yang berpendapat bahwa perilaku harus merupakan
unsur subyek tunggal psikologi. Behaviorisme merupakan aliran revolusioner,
kuat dan berpengaruh, serta memiliki akar sejarah yang cukup dalam.
Behaviorisme lahir sebagai reaksi terhadap introspeksionisme (yang menganalisis
jiwa manusia berdasarkan laporan-laporan subjektif) dan juga psikoanalisis
(yang berbicara tentang alam bawah sadar yang tidak tampak).
Behaviorisme
secara keras menolak unsur-unsur kesadaran yang tidak nyata sebagai obyek studi
dari psikologi, dan membatasi diri pada studi tentang perilaku yang nyata.
Dengan demikian, Behaviorisme tidak setuju dengan penguraian jiwa ke dalam
elemen seperti yang dipercayai oleh strukturalism.
Berarti juga
behaviorisme sudah melangkah lebih jauh dari fungsionalisme yang masih mengakui
adanya jiwa dan masih memfokuskan diri pada proses-proses mental. Behaviorisme
ingin menganalisis bahwa perilaku yang tampak saja yang dapat diukur,
dilukiskan, dan diramalkan. Behaviorisme memandang pula bahwa ketika
dilahirkan, pada dasarnya manusia tidak membawa bakat apa-apa.
Manusia akan
berkembang berdasarkan stimulus yang diterimanya dari lingkungan sekitarnya.
Lingkungan yang buruk akan menghasilkan manusia buruk, lingkungan yang baik
akan menghasilkan manusia baik. Kaum behavioris memusatkan dirinya pada
pendekatan ilmiah yang sungguh-sungguh objektif. Kaum behavioris mencoret dari
kamus ilmiah mereka, semua peristilahan yang bersifat subjektif, seperti sensasi,
persepsi, hasrat, tujuan, bahkan termasuk berpikir dan emosi, sejauh kedua
pengertian tersebut dirumuskan secara subjektif.
Fungsionalisme
Menjadi dasar bagi behaviorisme melalui pengaruhnya pada tokoh utama
behaviorisme, yaitu Watson. Watson adalah murid dari Angell dan menulis
disertasinya di University of Chicago. Dasar pemikiran Watson yang memfokuskan
diri lebih proses mental daripada elemen kesadaran, fokusnya perilaku nyata dan
pengembangan bidang psikologi pada animal psychology dan child psychology
adalah pengaruh dari fungsionalisme. Meskipun demikian, Watson menunjukkan
kritik tajam pada fungsionalisme
Prinsip Dasar Behaviorisme
- Perilaku nyata dan terukur memiliki makna tersendiri, bukan sebagai perwujudan dari jiwa atau mental yang abstrak.
- Aspek mental dari kesadaran yang tidak memiliki bentuk fisik adalah pseudo problem untuk sciene, harus dihindari.
- Penganjur utama adalah Watson : overt, observable behavior, adalah satusatunya subyek yang sah dari ilmu psikologi yang benar.
- Dalam perkembangannya, pandangan Watson yang ekstrem ini dikembangkan lagi oleh para behaviorist dengan memperluas ruang lingkup studi behaviorisme dan akhirnya pandangan behaviorisme juga menjadi tidak seekstrem Watson, dengan mengikutsertakan faktor-faktor internal juga, meskipun fokus pada overt behavior tetap terjadi.
- Aliran behaviorisme juga menyumbangkan metodenya yang terkontrol dan bersifat positivistik dalam perkembangan ilmu psikologi.
- Banyak ahli (a.l. Lundin, 1991 dan Leahey, 1991) membagi behaviorisme ke dalam dua periode, yaitu behaviorisme awal dan yang lebih belakangan.
Terhadap aliran
behaviorisme ini, kritik umumnya diarahkan pada pengingkaran terhadap potensi
alami yang dimiliki manusia. Bahkan menurut pandangan ini, manusia tidak
memiliki jiwa, tidak memiliki kemauan dan kebebasan untuk menentukan tingkah
lakunya sendiri.
Di bawah ini
adalah tokoh yang memiliki pengaruh besar dalam perkembangan psikologi
behaviouristik.
John B. Watson
Watson
berpendapat bahwa introspeksi merupakan pendekatan yang tidak ada gunanya.
Alasannya adalah jika psikologi dianggap sebagai suatu ilmu, maka datanya harus
dapat diamati dan diukur. Watson mempertahankan pendapatnya bahwa hanya dengan
mempelajari apa yang dilakukan manusia (perilaku mereka) memungkinkan psikologi
menjadi ilmu yang objektif.
Watson menolak
pikiran sebagai subjek dalam psikologi dan mempertahankan pelaku sebagai subjek
psikologi. Khususnya perilaku yang observabel atau yang berpotensi untuk dapat
diamati dengan berbagai cara baik pada aktivitas manusia dan hewan.
Tiga prinsip dalam aliran behaviorisme:
- Menekankan respon terkondisi sebagai elemen atau pembangun pelaku. Kondisi adalah lingkungan external yang hadir dikehidupan. Perilaku muncul sebagai respon dari kondisi yang mengelilingi manusia dan hewan.
- Perilaku adalah dipelajari sebagai konsekuensi dari pengaruh lingkungan maka sesungguhnya perilaku terbentuk karena dipelajari. Lingkungan terdiri dari pengalaman baik masa lalu dan yang baru saja, materi fisik dan sosial. Lingkungan yang akan memberikan contoh dan individu akan belajar dari semua itu.
- Memusatkan pada perilaku hewan. Manusia dan hewan sama, jadi mempelajari perilaku hewan dapat digunakan untuk menjelaskan perilaku manusia.
C.Aliran Humanistik
Dalam buku “Berkenalan dengan Aliran-aliran dan
Tokoh-tokoh Psikologi” oleh Sarlito W. Sarwono pada tahun 2000, psikologi
humanistik mengatakan bahwa manusia adalah suatu ketunggalan yang mengalami, menghayati
dan pada dasarnya aktif, punya tujuan serta punya harga diri. Karena itu,
walaupun dalam penelitian boleh saja dilakukan analisis rinci mengenai
bagian-bagian dari jiwa manusia, namun dalam penyimpulanya, manusia harus
dikembalikan dalam kesatuan yang utuh. Pandangan seperti ini adalah pandangan
yang holistik. Selain itu manusia juga harus dipandang dengan penghargaan yang
tinggi terhadap harga dirinya, perkembangan pribadinya, perbedaan-perbedaan
individunya dan dari sudut kemanusiaanya itu sendiri. Karena itu psikologi
harus memasuki topik-topik yang tidak dimasuki oleh aliran behaviorisme dan
psikoanalisis, seperti cinta, kreatifitas, pertumbuhan, aktualisasi diri,
kebutuhan, rasa humor, makna, kebencian, agresivitas, kemandirian, tanggung jawab
dan sebagainya. Pandangan ini disebut pandangan humanistik.
Psikologi humanistik dapat dimengerti dari tiga
ciri utama, yaitu, psikologi humanistik menawarkan satu nilai yang baru sebagai
pendekatan untuk memahami sifat dan keadaan manusia. Kedua, ia menawarkan
pengetahuan yang luas akan kaedah penyelidikan dalam bidang tingkah laku
manusia. Ketiga, ia menawarkan metode yang lebih luas akan kaedah-kaedah yang
lebih efektif dalam pelaksanaan psikoterapi.
Humanistik tidak jelas kaitannya dengan ekologi
psikologi. Pada satu sisi, Humanistik tempat yang paling berkuasa atas nilai
potensial untuk pengembangan individu. Ini nilai-nilai pengalaman manusia
dan kemampuan manusia untuk melampaui pikiran dengan lingkungan sekitarnya,
dengan cara yang kreatif. Jadi dalam hal Humanistik untuk manusia dan
pengalaman. Humanistik adalah ilmu manusia untuk menangkap pengalaman dalam
semua keindahan yang subjektif. Ini yang menyebabkan sebuah penekanan
atas berbagai metode fenomenologi yang bertujuan untuk mendapatkan semaksimal
mungkin jati diri manusia.
Pada sisi lainya, ekologi psikologi dengan
kontras menunjukkan pemisahan manusia dari tanaman, binatang dan materi dunia
sebagai buatan yang menyesatkan dan tidak bijaksana. Ekologi melihat,
yang paling universal dan paling tinggi nilai simbol dan gambar dari pikiran
manusia berasal dari kapasitas untuk memungut dalam ukuran kecil yang
sungguh-sungguh untuk menopang semesta dan kita masuk di dalamnya. Jika ini
adalah pernyataan simbolis yang penting dari aspek pemenuhan manusia, maka kita
perlu mempertimbangkan sebuah “ekologi diri” yang merangkum semua bentuk
kehidupan dan perasaan kesatuan.
Saat ini rasa kuatir, depresi, bingung dan
kesepian pada individu yang mencari beberapa penjelasan untuk rasa isolasi dan
kesedihan mereka. Kontemporer kerja, dengan penekanan pada gencarnya
pembangunan teknologi, persaingan tajam dan individualisme telah membuat korban
tak terhitung. Mereka hadir dari hilangnya eksistensial karena
keprihatinan yang dramatis atas racun di lingkungan pekerjaan. Secara
tradisional, orang-orang ini telah dirawat dengan baik namun belum cukup.
Melalui hubungan yang saling menerima dan melalui upaya bersama antara antara
klien dan terapis dalam menggali semua pengalaman dan perasaan klien untuk
pencapaian keseimbangan antara berbagai pengalaman dan perasaan yang
sesungguhnya terjadi pada diri klien. Karena dengan ini maka terwujud prosedur
terapi yang memandang manusia sebagai suatu kesatuan dan eksistensial diri.
Jadi pemahaman tentang manusia dalam psikologi
humanistik berdasarkan kepada keyakinan bahwa nilai-nilai etika merupakan daya
psikologi yang kuat dan ia merupakan penentu asas kelakuan manusia. Keyakinan
ini membawa kepada usaha meningkatkan kualitas manusia seperti pilihan,
kreativitas, interaksi fisik, mental dan jiwa, dan keperluan untuk menjadi
lebih bebas Psikologi humanistik juga didefinisikan sebagai sebuah sistem
pemikiran yang berdasarkan kepada berbagai nilai, sifat, dan tindak tanduk yang
dipercayai terbaik bagi manusia. Sehingga terwujudlah satu nilai yang baru
sebagai pendekatan untuk memahami sifat dan keadaan manusia secara holistik.
D.Kepribadian
Sehat menurut Allport
Saat ini
teori-teori Allport (tentang kepribadian yang sehat) tetap relevan. Berikut
adalah tujuh kriteria dari Allport tentang sifat-sifat khusus kepribadian yang
sehat:
1.
Perluasan Perasaan Diri, ketika seseorang
menjadi matang, ia mengembangkan perhatian-perhatian di luar diri. Tidak cukup
sekadar berinteraksi dengan sesuatu atau seseorang di luar diri. Lebih dari
itu, ia harus memiliki partisipasi yang langsung dan penuh, yang oleh Allport
disebut "partisipasi otentik". Dalam pandangan Allport, aktivitas
yang dilakukan harus cocok dan penting, atau sungguh berarti bagi orang tersebut.
Jika menurut kita pekerjaan itu penting, mengerjakan pekerjaan itu
sebaik-baiknya akan membuat kita merasa enak, dan berarti kita menjadi
partisipan otentik dalam pekerjaan itu. Hal ini akan memberikan kepuasan bagi
diri kita. Orang yang semakin terlibat sepenuhnya dengan berbagai aktivitas,
orang, atau ide, ia lebih sehat secara psikologis. Hal ini berlaku bukan hanya
untuk pekerjaan, melainkan juga hubungan dengan keluarga dan teman, kegemaran,
dan keanggotaan dalam politik, agama, dan sebagainya.
2.
Relasi Sosial yang Hangat, Allport membedakan
dua macam kehangatan dalam hubungan dengan orang lain, yaitu kapasitas untuk
mengembangkan keintiman dan untuk merasa terharu. Orang yang sehat secara
psikologis mampu mengembangkan relasi intim dengan orangtua, anak, pasangan,
dan sahabat. Ini merupakan hasil dari perasaan perluasan diri dan perasaan
identitas diri yang berkembang dengan baik. Ada
perbedaan hubungan cinta antara orang yang neurotis (tidak matang) dan yang
berkepribadian sehat (matang). Orang-orang neurotis harus menerima cinta lebih
banyak daripada yang mampu diberikannya kepada orang lain. Bila mereka
memberikan cinta, itu diberikan dengan syarat-syarat. Padahal, cinta dari orang
yang sehat adalah tanpa syarat, tidak melumpuhkan atau mengikat.
Jenis kehangatan yang lain, yaitu
perasaan terharu, merupakan hasil pemahaman terhadap kondisi dasar manusia dan
perasaan kekeluargaan dengan semua bangsa. Orang sehat memiliki kapasitas untuk
memahami kesakitan, penderitaan, ketakutan, dan kegagalan yang merupakan ciri
kehidupan manusia. Hasil dari empati semacam ini adalah kesabaran terhadap
tingkah laku orang lain dan tidak cenderung mengadili atau menghukum. Orang
sehat dapat menerima kelemahan manusia, dan mengetahui dirinya juga memiliki
kelemahan. Sebaliknya, orang neurotis tidak mampu bersabar dan memahami sifat
universal pengalaman-pengalaman dasar manusia.
3.
Keamanan Emosional, Kualitas utama
manusia sehat adalah penerimaan diri. Mereka menerima semua segi keberadaan
mereka, termasuk kelemahan-kelemahan, dengan tidak menyerah secara pasif
terhadap kelemahan tersebut. Selain itu, kepribadian yang sehat tidak tertawan
oleh emosi-emosi mereka, dan tidak berusaha bersembunyi dari emosi-emosi itu.
Mereka dapat mengendalikan emosi, sehingga tidak mengganggu hubungan
antarpribadi. Pengendaliannya tidak dengan cara ditekan, tetapi diarahkan ke
dalam saluran yang lebih konstruktif.
Kualitas lain dari kepribadian sehat
adalah "sabar terhadap kekecewaan". Hal ini menunjukkan bagaimana
seseorang bereaksi terhadap tekanan dan hambatan atas berbagai keinginan atau
kehendak. Mereka mampu memikirkan cara yang berbeda untuk mencapai tujuan yang
sama. Orang-orang yang sehat tidak bebas dari perasaan tak aman dan ketakutan.
Namun, mereka tidak terlalu merasa terancam dan dapat menanggulangi perasaan
tersebut secara lebih baik daripada kaum neurotis.
4.
Persepsi Realistis, Orang-orang sehat
memandang dunia secara objektif. Sebaliknya, orang-orang neurotis kerapkali
memahami realitas disesuaikan dengan keinginan, kebutuhan, dan ketakutan mereka
sendiri. Orang sehat tidak meyakini bahwa orang lain atau situasi yang dihadapi
itu jahat atau baik menurut prasangka pribadi. Mereka memahami realitas
sebagaimana adanya.
5.
Keterampilan dan Tugas, Allport
menekankan pentingnya pekerjaan dan perlunya menenggelamkan diri di dalam
pekerjaan tersebut. Kita perlu memiliki keterampilan yang relevan dengan
pekerjaan kita, dan lebih dari itu harus menggunakan keterampilan itu secara
ikhlas dan penuh antusiasme. Komitmen pada orang sehat atau matang begitu kuat,
sehingga sanggup menenggelamkan semua pertahanan ego. Dedikasi terhadap
pekerjaan berhubungan dengan rasa tanggung jawab dan kelangsungan hidup yang
positif. Pekerjaan dan tanggung jawab memberikan arti dan perasaan kontinuitas
untuk hidup. Tidak mungkin mencapai kematangan dan kesehatan psikologis tanpa
melakukan pekerjaan penting dan melakukannya dengan dedikasi, komitmen, dan
keterampilan.
6.
Pemahaman Diri, Memahami diri sendiri merupakan
suatu tugas yang sulit. Ini memerlukan usaha memahami diri sendiri sepanjang
kehidupan secara objektif. Untuk mencapai pemahaman diri yang memadai dituntut
pemahaman tentang dirinya menurut keadaan sesungguhnya. Jika gambaran diri yang
dipahami semakin dekat dengan keadaan sesungguhnya, individu tersebut semakin
matang. Demikian juga apa yang dipikirkan seseorang tentang dirinya, bila
semakin dekat (sama) dengan yang dipikirkan orang-orang lain tentang dirinya,
berarti ia semakin matang. Orang yang sehat terbuka pada pendapat orang lain dalam
merumuskan gambaran diri yang objektif. Orang yang memiliki objektivitas
teradap diri tak mungkin memproyeksikan kualitas pribadinya kepada orang lain
(seolah orang lain negatif). Ia dapat menilai orang lain dengan seksama, dan
biasanya ia diterima dengan baik oleh orang lain. Ia juga mampu menertawakan
diri sendiri melalui humor yang sehat.
7.
Filsafat Hidup, Orang yang sehat melihat
ke depan, didorong oleh tujuan dan rencana jangka panjang. Ia memiliki perasaan
akan tujuan, perasaan akan tugas untuk bekerja sampai tuntas sebagai batu sendi
kehidupannya. Allport menyebut dorongan-dorongan tersebut sebagai keteraraha
(directness).
Keterarahan itu membimbing semua segi
kehidupan seseorang menuju suatu atau serangkaian tujuan, serta memberikan
alasan untuk hidup. Kita membutuhkan tarikan yang tetap dari tujuan yang
bermakna. Tanpa itu mungkin kita mengalami masalah kepribadian.
Kerangka dari tujuan-tujuan itu
adalah nilai, yang bersama dengan tujuan sangat penting dalam rangka
mengembangkan filsafat hidup. Memiliki nilai-nilai yang kuat merupakan salah
satu ciri orang matang. Orang-orang neurotis tidak memiliki nilai atau memiliki
nilai yang terpecah-pecah dan bersifat sementara, yang tidak cukup kuat untuk
mempersatukan semua segi kehidupan.
Suara hati berperan dalam menentukan
filsafat hidup. Allport mengemukakan perbedaan antara suara hati yang matang
dengan suara hati tidak matang. Yang tidak matang, suara hatinya seperti pada
kanak-kanak: patuh dan membudak, penuh larangan dan batasan, bercirikan perasaan
"harus". Orang yang tidak matang berkata, "Saya harus bertingkah
laku begini." Sebaliknya, orang yang matang berkata, "Saya sebaiknya
bertingkah laku begini." Suara hati yang matang adalah perasaan kewajiban
dan tanggung jawab kepada diri sendiri dan orang lain, dan mungkin berakar
dalam nilai-nilai agama atau etis.
E. Kepribadian
Sehat Menurut Carl Rogers
Menurut Rogers pribadi yang sehat adalah pribadi yang mampu berfungsi
sepenuhnya. Mereka mampu mengalami secara mendalam keseluruhan emosi,
kebahagiaan atau kesedihan, gembira atau putus asa. Ciri-ciri dari pribadi
sehat ini adalah memiliki perasaan yang kuat, dapat memilih bertindak bebas,
kreatif dan spontan. Memiliki keberanian untuk menjadi ”ada” yaitu menjadi diri
sendiri tanpa bersembunyi dibalik topeng atau berpura-pura menjadi sesuatu yang
bukan dirinya.
1. Perkembangan Kepribadian “ Self ”
Self adalah apa yang manusia rasakan didalam dirinya. Didalam self terdapat 2 bagian yaitu, ideal self dan relity self. Ideal self adalah diri yang diharapkan individu, sedangkan reality self adalah kenyataan yang ada pada diri individual keadaan apa adanya pada diri individu. Kesulitan akan timbul bila tidak terjadi ketidaksesuaian antara persepsi tentang diri dengan ideal selfnya (kesenjangan antara harapan dan realita). Individual yang sehat adalah individu yang jarak reality self dan ideal self tidak terlalu jauh.
Self merupakan satu-satunya struktur kepribadian yang sebenarnya. Dengan kata lain self terbentuk melalui deferiensiasi medan fenomena dan melalui introjeksi nilai-nilai orang tertentu serta dari distorsi pengalaman. Self bersifat integral dan konsisten. Pengalaman yang tidak sesuai dengan struktur self dianggap ancaman dan self dapat berubah sebagai akibat kematangan biologik dan belajar. Konsep self menggambarkan konsepsi mengenai dirinya sendiri, ciri-ciri yang dianggapnya menjadi bagian dari dirinya. Misalnya, orang mungkin memandang dirinya sebagai; “saya cerdas, menyenangkan, jujur, baik hari, dan menarik”. Alwisol (2006: 322)
2. Peranan Positive Rogers dalam Pembentukan Kepribadian Individu
Peranan positif Regard adalah sebagai suatu kebutuhan yang memaksa dan menyerap, dimiliki oleh semua manusia; setiap anak terdorong untuk mencari positive Regard. Setiap manusia memiliki kebutuhan dasar akan kehangatan, penghargaan, penerimaan, pengagungan, dan cinta dari orang lain. Kebutuhan ini disebut need for positive Regard, yang terbagi lagi menjadi 2 yaitu conditional positive regard (bersyarat) dan unconditional positive regard (tak bersyarat).
3. Ciri-ciri Orang yang Berfungsi Sepenuhnya
Lima sifat khas orang yang berfungsi sepenuhnya (fully human being) :
a. Keterbukaan pada pengalaman
Orang yang berfungsi sepenuhnya adalah orang yang menerima semua pengalaman dengan fleksibel sehingga selalu timbul persepsi baru. Dengan demikian ia akan mengalami banyak emosi (emosional) baik yang positip maupun negatip.
b. Kehidupan Eksistensial
Kualitas dari kehidupan eksistensial dimana orang terbuka terhadap pengalamannya sehingga ia selalu menemukan sesuatu yang baru, dan selalu berubah dan cenderung menyesuaikan diri sebagai respons atas pengalaman selanjutnya.
c. Kepercayaan terhadap organisme orang sendiri
Pengalaman akan menjadi hidup ketika seseorang membuka diri terhadap pengalaman itu sendiri. Dengan begitu ia akan bertingkah laku menurut apa yang dirasanya benar (timbul seketika dan intuitif) sehingga ia dapat mempertimbangkan setiap segi dari suatu situasi dengan sangat baik.
d. Perasaan Bebas
Orang yang sehat secara psikologis dapat membuat suatu pilihan tanpa adanya paksaan -paksaan atau rintangan -rintangan antara alternatif pikiran dan tindakan. Orang yang bebas memiliki suatu perasaan berkuasa secara pribadi mengenai kehidupan dan percaya bahwa masa depan tergantung pada dirinya sendiri, tidak pada peristiwa di masa lampau sehingga ia dapat meilhat sangat banyak pilihan dalam kehidupannya dan merasa mampu melakukan apa saja yang ingin dilakukannya.
e. Kreativitas
Keterbukaan diri terhadap pengalaman dan kepercayaan kepada organisme mereka sendiri akan mendorong seseorang untuk memiliki kreativitas dengan ciri -ciri bertingkah laku spontan, tidak defensif, berubah, bertumbuh, dan berkembang sebagai respons atas stimulus-stimulus kehidupan yang beraneka ragam di sekitarnya.
1. Perkembangan Kepribadian “ Self ”
Self adalah apa yang manusia rasakan didalam dirinya. Didalam self terdapat 2 bagian yaitu, ideal self dan relity self. Ideal self adalah diri yang diharapkan individu, sedangkan reality self adalah kenyataan yang ada pada diri individual keadaan apa adanya pada diri individu. Kesulitan akan timbul bila tidak terjadi ketidaksesuaian antara persepsi tentang diri dengan ideal selfnya (kesenjangan antara harapan dan realita). Individual yang sehat adalah individu yang jarak reality self dan ideal self tidak terlalu jauh.
Self merupakan satu-satunya struktur kepribadian yang sebenarnya. Dengan kata lain self terbentuk melalui deferiensiasi medan fenomena dan melalui introjeksi nilai-nilai orang tertentu serta dari distorsi pengalaman. Self bersifat integral dan konsisten. Pengalaman yang tidak sesuai dengan struktur self dianggap ancaman dan self dapat berubah sebagai akibat kematangan biologik dan belajar. Konsep self menggambarkan konsepsi mengenai dirinya sendiri, ciri-ciri yang dianggapnya menjadi bagian dari dirinya. Misalnya, orang mungkin memandang dirinya sebagai; “saya cerdas, menyenangkan, jujur, baik hari, dan menarik”. Alwisol (2006: 322)
2. Peranan Positive Rogers dalam Pembentukan Kepribadian Individu
Peranan positif Regard adalah sebagai suatu kebutuhan yang memaksa dan menyerap, dimiliki oleh semua manusia; setiap anak terdorong untuk mencari positive Regard. Setiap manusia memiliki kebutuhan dasar akan kehangatan, penghargaan, penerimaan, pengagungan, dan cinta dari orang lain. Kebutuhan ini disebut need for positive Regard, yang terbagi lagi menjadi 2 yaitu conditional positive regard (bersyarat) dan unconditional positive regard (tak bersyarat).
3. Ciri-ciri Orang yang Berfungsi Sepenuhnya
Lima sifat khas orang yang berfungsi sepenuhnya (fully human being) :
a. Keterbukaan pada pengalaman
Orang yang berfungsi sepenuhnya adalah orang yang menerima semua pengalaman dengan fleksibel sehingga selalu timbul persepsi baru. Dengan demikian ia akan mengalami banyak emosi (emosional) baik yang positip maupun negatip.
b. Kehidupan Eksistensial
Kualitas dari kehidupan eksistensial dimana orang terbuka terhadap pengalamannya sehingga ia selalu menemukan sesuatu yang baru, dan selalu berubah dan cenderung menyesuaikan diri sebagai respons atas pengalaman selanjutnya.
c. Kepercayaan terhadap organisme orang sendiri
Pengalaman akan menjadi hidup ketika seseorang membuka diri terhadap pengalaman itu sendiri. Dengan begitu ia akan bertingkah laku menurut apa yang dirasanya benar (timbul seketika dan intuitif) sehingga ia dapat mempertimbangkan setiap segi dari suatu situasi dengan sangat baik.
d. Perasaan Bebas
Orang yang sehat secara psikologis dapat membuat suatu pilihan tanpa adanya paksaan -paksaan atau rintangan -rintangan antara alternatif pikiran dan tindakan. Orang yang bebas memiliki suatu perasaan berkuasa secara pribadi mengenai kehidupan dan percaya bahwa masa depan tergantung pada dirinya sendiri, tidak pada peristiwa di masa lampau sehingga ia dapat meilhat sangat banyak pilihan dalam kehidupannya dan merasa mampu melakukan apa saja yang ingin dilakukannya.
e. Kreativitas
Keterbukaan diri terhadap pengalaman dan kepercayaan kepada organisme mereka sendiri akan mendorong seseorang untuk memiliki kreativitas dengan ciri -ciri bertingkah laku spontan, tidak defensif, berubah, bertumbuh, dan berkembang sebagai respons atas stimulus-stimulus kehidupan yang beraneka ragam di sekitarnya.
F. Kepribadian Sehat menurut Maslow
Maslow menyelidiki individu ini dengan
menggunakan bermacam-macam tehnik-interview, asosiasi bebas, dan protective
technique dengan orang-orang yang masih hidup, analisis bahan biografi dan oto
biografi dengan orang-orang yang sudah mati dan menyimpulkan bahwa semua
manusia dilahirkan dengan kebutuhan instinktif. Kebutuhan universal ini
mendorong kita untuk bertumbuh dan berkembang, untuk mengaktualisasikan diri
kita, untuk menjadi semuanya sejauh kemampuan kita. Potensi untuk pertumbuhan
dan kesehatan psikologis ada sejak lahir. Apakah potensi kita dipenuhi atau
diaktualisasikan tergantung pada kekuatan individu dan sosial yang memajukan
atau menghambat aktualisasi diri.
Dalam pandangan Maslow, semua manusia memiliki
perjuangan atau kecendrungan yang dibawa sejak lahir untuk mengaktualisasikan
diri. akan tetapi ada lebih banyak hal yang terkandung dalam teorinya tentang
dorongan manusia.
Dalam pandangan humanistika ini, manusia memiliki
potensi lebih banyak dari pada apa yang mereka capai. Maslow berpendapat bahwa
jika kita dapat melepaskan potensi itu, maka kita semua dapat mencapai keadaan
eksistensi yang ideal yang ditemukannya dalam orang-orangnya yang mengaktualisasikan-diri.
Perbedaan "Meta Needs" dengan "Deficiency Needs"
Meta needs atau menyebutnya teori ini dorongan
karena pertumbuhan atau metamotivation (Being atau B-motivation). Awalan meta
berarti sudah atau melampaui, dan metamotivation berarti bergerak melampaui ide
tradisional tentang dorongan. Secara paradoks, kata ini tampaknya berarti suatu
keadaan dimana kebutuhan dorongan sama sekali tidak tampak berarti suatu
keadaan dimana dorongan sama sekali tidak berperan. Keadaan-keadaan pertumbuhan
ke arah mana pengaktualisasi diri bergerak , Maslow juga menyebut kebutuhan
tersebut B-values adalah tujuan dalam dirinya sendiri dan bukan alat untuk
mencapai ke tujuan lain, keadaan ada dan bukan menjadi atau berjuang ke arah
suatu objek tujuan khusus.
Deficiency needs adalah kebutuhan dorongan untuk
membereskan suatu kekurangan dalam organisme.
Ciri - Ciri "Actualized People"
1.
Mengamati Realitas Secara Efisien
Mereka tidak memandang dunia hanya sebagaimana
mereka inginkan atau butuhkan, tapi mereka melihatnya sebagaimana adanya. Bahwa
pengaktualisasi diri adalah hakim yang teliti pada orang lain, mampu menemukan
dengan cepat penipuan dan ketidakjujuran.
2.
Penerimaan Umum atas Kodrat, Orang-orang Lain dan Diri Sendiri
Orang yang mengaktualisasikan diri menerima diri
mereka, kelemahan dan kekuatan mereka tanpa keluhan atau kesusahan.
Sesungguhnya, mereka tidak terlampau banyak memikirkannya.
3.
Spontanitas, Kesederhanaan, Kewajaran
Dalam semua segi kehidupan, pengaktualisasian
diri bertingkah laku secara terbuka dan langsung tanpa berpura-pura. Mereka
tidak harus menyembunyikan emosi mereka, tapi dapat memperlihatkan emosi mereka
dengan jujur. Dalam istilah sederhana, kita dapat berkata, orang ini bertingkah
laku secara kodrati, yakni sesuai dengan kodrat mereka.
4. Fokus
pada Masalah-masalah di Luar Diri Mereka
Orang yang mengaktualisasikan diri yang
dipelajari Maslow, melibatkan diri pada pekerjaan. Tanpa pengecualian, mereka
memiliki suatu perasaan akan tugas yang menyerap mereka dan mereka mengabdikan
kebanyakan energi mereka kepadanya. Bahwa tidak mungkin menjadi orang yang
mengaktualisasikan diri tanpa perasaan dedikasi ini.
5. Kebutuhan
akan Privasi dan Independensi
Orang yang mengaktualisasikan diri memiliki suatu
kebutuhan yang kuat untuk pemisahan dan kesunyian. Meskipun mereka tidak
menjauhkan diri dari kontak dengan manusia, mereka rupanya tidak membutuhkan
orang lain. Mereka tidak tergantung pada orang lain untuk kepuasan mereka
dengan demikian mungkin mereka menjauhkan diri dan tidak ramah. Tingkah laku
dan perasaan mereka sangat egosentris dan terarah pada diri mereka sendiri.ini
artinya mereka memiliki kemampuan untuk membentuk pikiran, mencapai keputusan,
dan melaksanakan dorongan dan disiplin mereka sendiri.
6. Berfungsi
secara Otonom
Kemampuan pengaktualisasian diri berfungsi secara
otonom oleh motif kekurangan, maka mereka tidak lagi di dorong oleh motif
kekurangan, maka mereka tidak tergantung pada dunia yang nyata untuk kepuasan
mereka karna pemuasan dari motif pertumbuhan datang dari dalam. Sebaliknya
pemuasan akan cinta, penghargaan, dan kebutuhan lain yang lebih rendah
tergantung pada sumber dari luar.
7. Apresiasi
yang Senantiasa Segar
Pengaktualisasi diri senantiasa menghargai
pengalaman tertentu bagaimana seringnya pengalaman itu terulang, dengan suatu
perasaan kenikmatan yang segar, perasaan terpesona, dan kagum. Suatu pandangan
yang bagus atau menyegarkan pada dorongan setiap hari untuk bekerja.
8.
Pengalaman Mistik atau “Puncak”
Ada kesempatan dimana orang yang
mengaktualisasikan diri mengalami ekstase, kebahagiaan, perasaan terpesona yang
hebat dan meluap-luap, sama seperti pengalaman keagamaan yang mendalam. Selama
pengalaman puncak ini, yang dianggap Maslow adalah biasa dikalangan orang yang
sehat, diri di lampaui, dan orang itu digenggam oleh suatu perasaan kekuatan,
kepercayaan dan kepastian, suatu perasaan yang dalam bahwa tidak ada sesuatu
yang tidak dapat diselesaikannya atau menjadi.
9.
Minat Sosial
Pengaktualisasikan diri memiliki perasaan empati
dan afeksi yang kuat dan dalam pada semua manusia, juga suatu keinginan untuk
membantu kemanusiaan.
10. Hubungan
Antarpribadi
Pengaktualisasian diri mampu mengadakan hubungan
yang lebih kuat dengan orang lain dari pada orang yang memiliki kesehatan jiwa
yang biasa. Mereka mampu memiliki cinta yang lebih besar dan persahabatan yang
lebih dalam, dan identifikasi yang lebih sempurna dengan individu lain.
11. Struktur Watak
Demokratis
Orang yang sangat sehat membiarkan dan menerima
semua orang tanpa memperhatikan kelas sosial, tingkat pendidikan, atau agama,
ras. Perbedaan serupa itu tidak masalah bagi pengaktualisasian diri. Tetapi
tingkah laku mereka lebih dalam dari pada toleransi.
12. Perbedaan
antara Sarana dan Tujuan, antara Baik dan Buruk
Pengaktualisasian diri membedakan dengan jelas
antara sarana dan tujuan. Bagi mereka, tujuan atau cita-cita jauh lebih penting
dari pada sarana untuk mencapainya. Akan tetapi, hal ini lebih sulit karna
kegiatan dan pengalaman tertentu yang merupakan sarana bagi orang yang kurang
sehat kerap dianggap oleh pengaktualisasian diri sebagai tujuan dalam dirinya
sendiri.
13. Perasaan Humor yang
Tidak Menimbulkan Permusuhan
Orang yang sepenuhnya sehat berbeda dari individu
biasa dalam apa yang mereka anggap humor yang menyebabkan mereka tertawa. Orang
yang kurang sehat menertawakan tiga macam humor: humor permusuhan yang
menyebabkan seseorang merasakan sakit, humor superiroritas yang mengambil
keuntungan dari perasaan rendah diri orang lain atau kelompok dan humor
pemberontakan terhadap penguasa yang berhubungan dengan suatu situasi Oedipus
atau percakapan cabul.
14. Kreativitas
Kreativitas merupakan suatu sifat yang akan
diharapkan seseorang dari pengaktualisasian diri. Mereka adalah asli, inventif,
dan inofativ, meskipun tidak selalu dalam pengertian menghasilkan suatu karya
seni; tidak semua mereka dalah penulis, seniman, atau pengubah lagu.
15. Resistensi
terhadap Inkulturasi
Pengaktualisasian diri dapat berdiri sendiri dan
otonom, mampu melawan dengan baik pengaruh sosial, untuk berpikir atau
bertindak menurut cara tertentu. Mereka mempertahankan otonomi batin, tidak
terpengaruh oleh kebudayaan mereka, dibimbing oleh diri mereka bukan oleh orang
lain.
F. Kepribadian Sehat menurut Erich Fromm
Menurut Erich Fromm, manusia adalah makhluk sosial.
Berdasar pada pendapat tersebut, maka salah satu ciri pribadi yang sehat
berarti adanya kemampuan untuk hidup dalam masyarakat sosial. Masyarakat sangat
penting peranannya dalam membentuk kepribadian seseorang. Kepribadian seseorang
merupakan hasil dari proses sosial di dalam masyarakat. Masyarakat yang
menjadikan seseorang berkepribadian sehat adalah masyarakat yang hubungan
sosialnya sangat manusiawi.
Menurut Fromm, ada lima watak sosial di dalam
masyarakat:
1) Penerimaan (receptive)
2) Penimbunan (hoarding)
3) Penjualan/pemasaran (marketing)
4) Penghisapan/pemerasan (exploitative)
5) Produktif (productive)
Dari kelima watak sosial ini yang benar-benar tepat
dan sehat hanyalah watak produktif karena watak produktif didorong oleh cinta
dan akal budi dan dapat membantu perkembangan dan pertumbuhan pribadi dan
masyarakat.
Masyarakat yang baik itu perlu ditopang dengan cinta.
Oleh karena itu, Fromm menyebutkan 5 tipe yang berbeda tentang cinta, yaitu:
1) Cinta persaudaraan
2) Cinta keibuan
3) Cinta erotik
4) Cinta diri
5) Cinta ilahi
Menurut Fromm, cinta sangat penting untuk membangun
dunia yang lebih baik sebab yang dicari setiap orang di dalam masyarakat bukan
penderitaan.
Jadi menurut Fromm, pribadi yang sehat adalah pribadi
yang mampu hidup dalam masyarakat sosial yang ditandai dengan hubungan-hubungan
yang manusiawi, diwarnai oleh solidaritas penuh cinta dan tidak saling merusak
atau menyingkirkan satu dengan lainnya. Tujuan hidup seorang pribadi adalah
keberadaan dirinya itu sendiri dan bukan pada apa yang dimiliki, pada apa
kegunaannya atau fungsinya (A man whose goal in life is being, not having and
using). Dengan demikian, menurut Fromm, orang yang berkepribadian sehat
memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
- mampu mengembangkan hidupnya sebagai makhluk sosial di dalam masyarakat,
- mampu mencintai dan dicintai,
- mampu mempercayai dan dipercayai tanpa memanipulasi kepercayaan itu,
- mampu hidup bersolidaritas dengan orang lain tanpa syarat,
- mampu menjaga jarak antar dirinya dengan masyarakat tanpa merusaknya
- memiliki watak sosial yang produktif.
http://www.psychologymania.com/2011/09/mazhab-dan-aliran-dalam-psikologi.html
http://lemonpie19.blogspot.com/2012/04/teori-kepribadian-sehat-menurut-fromm.html
http://sekarayu08.blogspot.com/2013/05/kepribadian-sehat-menurut-rogers.html
http://www.psychologymania.com/2013/01/aliran-psikologi-behaviorisme.html
No comments:
Post a Comment